Monday, 2 December 2024

Jiwa Tarbawi, [Nov 30, 2024 at 09:49]

Tadabbur Diri 36



Mengkritik bukan sampai menghina,


Abu Jurayy RA pernah pada satu hari bertemu Rasulullah ‎ﷺ  lalu berkata kepada Baginda,


“Berilah wasiat kepadaku.”


Ar Rasul sallallahu ‘alaihi wa sallam pun memberi wasiat,


‎لاَ تَسُبَّنَّ أَحَدًا


“Janganlah engkau menghina seorang pun.” 


Abu Jurayy RA berkata,


 “Aku pun tidak pernah menghina seorang pun setelah itu, baik kepada orang yang merdeka, seorang budak, seekor unta, mahu pun  seekor domba.”


Rasulullah ‎ﷺ  melanjutkan sabdanya,


وَلاَ تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنَ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنَ الْمَعْرُوفِ وَارْفَعْ إِزَارَكَ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الإِزَارِ فَإِنَّهَا مِنَ الْمَخِيلَةِ وَإِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ


“Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau dengan berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya.Amalan tersebut adalah bahagian dari kebajikan.


Tinggikanlah sarungmu sampai pertengahan betis. Jika enggan, engkau boleh menurunkannya hingga mata kaki. Jauhilah memanjangkan kain sarung hingga melewati mata kaki. Penampilan seperti itu adalah tanda sombong dan Allah tidak menyukai kesombongan.


Jika ada seseorang yang menghinamu dan memalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk biarlah ia yang menanggungnya.” 


(HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmizi no. 2722.)


Menegur bukan hingga sampai mencela,


Dari Abu Hurairah RA dia berkata; Rasulullah ‎ﷺ  bersabda: 


لَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَنَاجَشُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَلَا يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ وَلَا يَحْقِرُهُ التَّقْوَى هَاهُنَا وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنْ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ


'Janganlah kamu saling mendengki, saling memfitnah, saling membenci, dan saling memusuhi. Janganlah ada seseorang di antara kamu yang berjual beli sesuatu yang masih dalam penawaran muslim lainnya dan jadilah kamu hamba-hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim yang satu dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara tidak boleh menyakiti, merendahkan, ataupun menghina. Takwa itu ada di sini (Rasulullah ‎ﷺ  menunjuk dadanya), Baginda mengucapkannya sebanyak tiga kali. Seseorang telah dianggap berbuat jahat apabila ia menghina saudaranya sesama muslim. “


(HR Muslim, 4650)


Al Hafizh Ibnu Rajab berkata:


“Apabila para salaf hendak memberikan nasihat kepada seseorang, maka mereka menasihatinya secara rahsia. Barangsiapa yang menasihati saudaranya secara berdua maka itulah nasihat. Dan barangsiapa yang menasihatinya di hadapan orang banyak maka sebenarnya dia mempermalukannya.”


(Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam, halaman 77)


Berdakwah bukan hingga menghukum; Mendidik bukan hingga memaksa,


أَفَأَنتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ ﴿٩٩﴾


Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?


(Yunus : 99)


Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah bersabda: 


 قَالَ الرَّجُلُ لِأَخِيهِ يَا كَافِرُ فَقَدْ بَاءَ بِهِ أَحَدُهُمَا


“Apabila seseorang berkata kepada saudaranya; Wahai kafir maka boleh jadi akan kembali kepada salah satu dari keduanya.”


(HR Bukhari, 5638)



Jiwa Tarbawi, [Nov 30, 2024 at 09:49]

عن جَابِر بْنِ عَبْدِ اللَّه أَنَّ مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ يُصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يَأْتِي قَوْمَهُ فَيُصَلِّي بِهِمْ الصَّلَاةَ فَقَرَأَ بِهِمْ الْبَقَرَةَ قَالَ فَتَجَوَّزَ رَجُلٌ فَصَلَّى صَلَاةً خَفِيفَةً فَبَلَغَ ذَلِكَ مُعَاذًا فَقَالَ إِنَّهُ مُنَافِقٌ فَبَلَغَ ذَلِكَ الرَّجُلَ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا قَوْمٌ نَعْمَلُ بِأَيْدِينَا وَنَسْقِي بِنَوَاضِحِنَا وَإِنَّ مُعَاذًا صَلَّى بِنَا الْبَارِحَةَ فَقَرَأَ الْبَقَرَةَ فَتَجَوَّزْتُ فَزَعَمَ أَنِّي مُنَافِقٌ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا مُعَاذُ أَفَتَّانٌ أَنْتَ ثَلَاثًا اقْرَأْ وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَسَبِّحْ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى وَنَحْوَهَا


Dari Jabir bin Abdullah bahwa Mu'adz bin Jabal radliallahu 'anhu pernah shalat (dibelakang) Rasulullah ‎ﷺ  , kemudian dia kembali ke kaumnya untuk mengimami salat bersama mereka dengan membaca surat Al Baqarah, Jabir melanjutkan; Maka seorang laki-laki pun keluar (dari shaf) lalu ia salat dengan salat yang agak ringan, ternyata hal itu sampai kepada Mu'adz, ia pun berkata; “Sesungguhnya dia adalah seorang munafik”. Ketika ucapan Mu'adz sampai ke laki-laki tersebut, laki-laki itu langsung mendatangi Nabi ‎ﷺ  sambil berkata; “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami adalah kaum yang memiliki pekerjaan untuk menyiram ladang, sementara semalam Mu'adz salat mengimami kami dengan membaca surat Al Baqarah, hingga saya keluar dari shaf, lalu dia mengiraku seorang munafik.” Maka Nabi ‎ﷺ  bersabda: “Wahai Mu'adz, apakah kamu hendak membuat fitnah. “-Baginda mengucapkannya hingga tiga kali- bacalah (Was syamsi da wadluhaaha dan wasabbih bismirabbikal a'la ) atau yang serupa dengannya.


(HR Bukhari, 5641)


Berbeza bukan sehingga bermusuhan,


 Berbeza pandangan adalah lumrah kehidupan manusia. Tiada siapa boleh mendakwa pandangannya paling benar, Kerana kunci kebenaran itu bukan di tangan manusia tetapi pada Allah Azza wa Jalla.


الْحَقُّ مِن رَّبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ

 ﴿البقرة: ١٤٧﴾


Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.


(Al Baqarah: 147)


Kebenaran bukan dikenali semata-mata hanya pada orang yang membawa terutama dalam soal kebijaksanaan dan pemikiran.


Alangkah indahnya kata-kata dari Saiyyida Ali karramallahu wajhah,


إن الحق لا يعرف بالرجال، اعرف الحق تعرف أهله.


“Sesungguhnya kebenaran itu tidak dikenali dengan sebab orang-orang yang membawanya. Kenalilah kebenaran (dari sumbernya), nescaya engkau akan kenal sipembawa kebenaran (yang sebenar).”


Imam Al Ghazali menyebut dalam Ihya’ Ulumiddin,


اعلم أن من عرف الحق بالرجال حار في متاهات الضلال فاعرف الحق تعرف أهله إن كنت سالكاً طريق الحق


"Ketahuilah bahawa siapa yang mengukur kebenaran dengan tokoh (yang membawa), ia akan tersesat dalam lembah kebingungan. Maka kenalilah kebenaran, pasti kamu akan tahu siapa pemiliknya, jika kamu benar-benar ingin meniti jalan kebenaran.”


Justeru, berpada-padalah dalam berbeza pandangan bahkan sewajibnya persaudaraan itu lebih utama dijaga dan dipelihara. Jadilah PENDAMAI…!


 عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّهُ سَيَكُونُ بَعْدِي اخْتِلَافٌ أَوْ أَمْرٌ فَإِنْ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَكُونَ السِّلْمَ فَافعَلْ

  

Dari Ali Bin Abu Thalib, dia berkata; Rasulullah ‎ﷺ   bersabda: 


"Sesungguhnya akan terjadi perpecahan atau perkara sepeninggalanku, jika kamu mampu untuk berlaku damai maka lakukanlah.”


(HR Ahmad,657)




ABi



No comments:

Post a Comment

 [26/7/25, 21:35:14] KSC Hamidi: (A'uzubi izzatillah wakudratihi min syarrima Ajidu waa u'haadzir) [26/7/25, 21:35:47] KSC Hamidi: (...